WELCOME TO THIS BLOG!

enjoy reading in this blog - Rainbow Color Your Life, Rainbow make you understand if live is full of expression and not forever

Minggu, 28 Oktober 2012

Love Letter

Tuesday, june, 12nd 2007. hari terakhir silvi di surabaya. Ia harus mengikuti orang tuanya yang dipindah tugaskan ke jakarta. sungguh berat bagi silvi untuk pergi meninggalkan pacarnya dhika yang sudah menjalin hubungan dengannya selama 3 tahun. ia benar-benar tak ingin pergi. tapi orang tuanya memaksa karna takutnya di surabaya silvi jadi gak keurus. berkali-kali silvi memohon.namun tetap sia-sia. akhirnya silvi pasrah dan memutuskan untuk ikut ayah dan ibunya.

silvi mulai mengemasi barang-barangnya. mulai dari baju, buku catatan, hingga koleksinya. furniture rumah silvi tidak akan ada yang dibawa. karena dari kantor diberi fasilitas rumah yang sangat indah disana yang telah diisi oleh furniture mewah. surat tugas ayahnya mengatakan bahwa ia akan tinggal di jakarta salama 6 tahun. itu berarti sampai silvi kuliah tahun ke 2. silvi sebenarnya agak kerepotan memilih barang karena ia ingin membawa semuanya. padahal mamanya hanya menyuruhnya membawa sedikit barang. karena disana telah disediakan banyak barang. mamanya pun membantu silvi untuk berkemas. sudah 1/2 jam mereka berkemas. akhirnya silvi membuka pembicaraan.

"ma, kita emang beneran harus pindah yah?"
"iya sayang walau berat ninggalin dhika kamu harus bisa LDRan sama dhika yah"
"iya mah"

setelah selesai berkemas silvi berpamitan untuk mengucapkan selamat tinggal pada dhika. dan menyuruhnya untuk datang besok ke stasiun kereta sebelum silvi berangkat. silvi pun mengendarai motor mionya ke rumah dhika. rumah dhika jauh dari rumah silvi. sehingga dia malas untuk pergi kesana. tapi silvi harus bertemu langsung dirumahnya. karena merasa lelah akhirnya dia berhenti di sebuah warung dekat taman melati. ia pun langsung membeli soft drink. setelah puas minum ia pun bergegas kembali ke motor. tak tahu kenapa mata silvi tertarik untuk melihat ke salah satu bangku di taman itu dan ternyata ada dhika disana."kebetulan nih.jadi aku gak usah jauh-jauh ke rumahnya." pikir silvi

silvi pun bergegas menuju bangku tersebut. ia berniat memanggil nama dhika supaya dia menoleh. tapi baru saja dia membuka mulut. ia tak menyangka dengan pemandangan yang berubah drastis ini. matanya menggambarkan perasaan yang tak menentu. air matanya sudah berada di ujung tanduk. tak bisa ia berkata melihat dhika dipeluk oleh seseorang berambut panjang dan sangat cantik. bahkan mereka saling memanggil ""baby". di amati dengan seksama wanita itu. ternyata itu viona! sahabat silvi sejak sd. silvi seperti hendak pingsan tak menyangka. ia pun bergerak mendekat menuju bangku itu.

"dhika?viona? kk..ka..lian ngapain disini? pake bilang baby? kamu ss...se..lingkuh dik??!!"
"ehh silvi kamu ngapain disini maaf yah kamu kan mau pindah ke jakarta, jadi aku nyari pengganti kamu.."
"dhik.. kk..ka..mu JAHAT!! kalau mau putus baik baik dong jangan gini!"

silvi pergi dengan kesedihan dan kemarahan yang sudah tak bisa dibendung. amarahnya semakin meledak disaat viola menghalangi dhika dan bilang "udah lah baby. biarin aja kan ada aku". silvi menjalankan sepadah motornya dengan cepat. kecepatannya terus dan semakin meningkat. di fikirannya hanyalah dhika yang selama ini baik padanya berubah menjadi buaya yang memakan hatinya. ia seperti sampah. silvi tak habis pikir. apa arti hubungan 3 tahun itu untuk dhika. seperti hanya sebuah STATUS untuk disombongkan. bukan CINTA.  silvi pun tak terkendali akhirnya dia berakhir dengan kecelakaan. menabrak sebuah mobil xenia hitam.

badannya tergeletak di aspal penuh darah. ia merasakan kepedihan dirasakannya darah melintasi pipi dan tubuhnya yang lain. ia tak bisa bergerak. hanya bisa melihat dengan buram orang yang mengerumuninya. samar-samar ia dengar suara orang yang sibuk memanggil ambulan. setelah 5 menit tergeletak silvi pun tak sadarkan diri.

4 jam setelah ditangani dokter silvi siuman. matanya yang masih sedikit buram mencoba menerawang. dilihatnya mamanya sedang menangis disampingnya. di samping mama ada ayahnya yang mencoba menenangkan. silvi pun akhirnya mendapat pandangan yang jelas dan segera memanggil orang tuanya.  orang tua silvi lalu menawarkan silvi untuk mengekos di surabaya. takut anaknya frustasi jika dibawa ke jakarta. tapi silvi menolaknya.

"vi, kamu yakin mau ninggalin dhika?" tanya mamanya lembut
"ga usah dibahas!" jawab silvi sambil memalingkan muka

dokter pun memasuki ruangan nomer 385 itu dan mengizinkan silvi pulang karena lukanya tidak parah. akhirnya silvi memutuskan tidak membawa barang apapun dari surabaya. ia takut akan sulit melupakan sakit hatinya pada dhika. esoknya ia sampai di stasiun semut. ia sebenarnya masih tak rela berpisah dengan dhika. tapi rasa kebenciannya pada dhika telah mengalahkan ketidak relaannya itu.

6-7 jam perjalanan di kereta mengalahkan rasa sedihnya. apalagi dengan pemandangan persawahan dan perkampungan yang sangat indah.sesampainya di jakarta ayah silvi segera mencarikan taksi untuk keluarga silvi yang sudah kelelahan. tapi sudah satu jam dan tak ada taksi yang kosong. mereka pun harus berebut taksi dengan yang lain. akhirnya setelah 2 jam berebut taksi mereka bisa pulang dengan tenang. walau ayah silvi mukanya diperban karena ada ibu-ibu yang tidak mau mengalah akhirnya mencakar muka ayah silvi. juga beberapa bekas cubitan berbekas di tangan ayah demi memberika kendaraan yang baik untuk silvi. anak tunggalnya tercinta.

silvi sebenarnya tak tega melihat ayahnya.sehingga dia ingin mengobatinya.  tapi ayahnya menyuruh silvi untuk tidur dan jangan bicarakan soal luka "kecil" di badannya. walau menurut ayahnya itu hanya luka kecil tapi silvi tetap tak rela. ia pun sadar betapa selama ini orang tuanya memang sangat mencintainya. bahkan silvi yakin ayahnya akan berjuang sampai titik darah penghabisan untuknya. tak lama silvi tertidur lelap sambil mengingat cinta kasih orang tuanya demi dirinya.

saat sampai dirumah silvi pun dibangunkan oleh ibunya dengan sangat lembut. saat silvi membuka sedikit matanya ayah silvi menyuruhnya tidur kembali karena tak tega membangunkan anaknya. akhirnya ayahnya menggotong silvi sampai ke kamarnya dilantai dua. orang tua silvi baru ingat kalau silvi tak membawa satupun bajunya. akhirnya pukul 11 malam ayah silvi beserta ibunya berkeliling kota jakarta mencari baju silvi. mereka lega karena ada 1 toko yang baru mau tutup mengizinkan mereka memilih baju sampai jam 1 dini hari.

esok harinya silvi bangun. awalnya dia kesal karena semalam dia mimpi tentang dhika. dia benar-benar muak dengan dhika. sehingga dalam mimpi pun ia tak mau ada dhika. tapi semua itu berubah saat ia melihat seisi kamarnya yang serba biru muda. tak tahu mengapa warna itu selalu membuatnya tenang. kamar itu sudah lengkap dengan semua furniture yang dibutuhkannya. ada 1 baju seragam menggantung di sisi lemari. seragam itu bermode seragam jepang bername tag bertuliskan nama silvi.

silvi menyukai segala macam tentang jepang sehingga tak menyangka akan sekolah di sekolah bergaya jepang. di seragam itu ada tulisan "japeness mode international junior high school". sungguh tak menyangka silvi akan disekolahkan disana. hatinya sungguh bahagia. ia cepat-cepat siap siap dan menjinjing tasnya. ternyata mamanya sudah menyiapkan bukunya semalam. ia pun turun untuk makan pagi.

"pagi ma,yah" ucap silvi sambil menyium pipi orang tuanya.
"kok kamu senyum-senyum gak jelas gitu? senengyah mau masuk JMI junior high school?"tanya mamanya
"iya lah ma. itu kan impian aku banget" jawab silvi

mereka pun makan bersama. setelah selesai makan ayah silvi mengantar silvi ke sekolahnnya sambil konfirmasi ke kepala sekolah. silvi masuk kelas 9.1 karena hasil rapot kelas 7-8 silvi sangat memuaskan. disana hampir semua temannya menyapa silvi dengan baik. terutama Andi. dia mengobrol sangat akrab dan ramah kepada silvi. silvi meresa nyaman dengannya sehingga silvi mengajak andi untuk menjadi sahabatnya. tapi Clarissa, teman sekelas silvi tak suka melihat persahabatan mereka. dia yang dari dulu suka pada andi benar-benar kesal dan menganggap hubungan silvi dan andi lebih dari sahabat.

clarissa pun semakin kesal ketika melihat andi dan silvi ke kantin berdua. bahkan belajar bersama. padahal clarissa saja di acuhkan oleh andi. clarissa merasa silvi tidak lebih baik dan lebih cantik darinya. sehingga dia kesal dan mulai berfikir untuk menghancurkan persahabatan silvi dan andi.

hari itu, saat pulang sekolah andi mengajak silvi untuk menonton latihan tim basket JMI sambil mengerjakan tugas rangkuman bu vezza. silvi setuju dan mereka pun menuju lapangan olahraga yang oleh anak sekolah itu disebut indoor sport yard. lapangan olahraga disana memang dibagi 2. ada indoor dan outdoor. walau mereka mengerjakan tugas sambil nonton basket tapi pekerjaan mereka tetap selesai dengan baik. setelah selesai, mata silvi tidak berhenti memandang ke seorang cowok putih ganteng yang paling tinggi diantara yang lain. andi tau kalau silvi memandang cowok itu.

"sil, cowok yang paling tinggi yah?" tanya andi. silvi hanya mengangguk.

Andi pun memberitahu nama cowok itu. namanya Rizal. nama panjangnya Fahrizal Putra Ali Midjasa. kapten tim basket dan salah satu anak terpopuler juga terkaya di JMI. Silvi pun menceritakan kalau dia cinta pada pandangan pertama. setiap detail yang dia lihat dari rizal pasti ia ceritakan pada andi."Andi, liat deh dia masukin bolanya keren banget" kata silvi
"hmmm..iya lah.. ayo ahh pulang ajah""ehh kok gitu jangan dulu dong""ya udah kalau masih mau disini. aku pulang duluan." ucap andi dengan nada marah

silvi awalnya mau menahan andi. tapi daya tarik rizal membuatnya tetap duduk dan memandangi rizal. dengan memandang rizal ternyata sudah cukup membuatnya melupakan dhika yang pernah benar-benar menyayat hatinya. selesai latihan basket silvi baru pulang. ia berkeliling mencari andi untuk curhat. tapi ternyata andi sudah pulang. silvi pun menjadi berfikir kenapa sih kok andi jadi seperti kesal sekali padanya. tapi ia tak mau banyak memikirkannya. "paling besok andi udah gak marah lagi" pikirnya
esoknya. Benar tebakan silvi. Semarah apapun andi padanya andi tetap memaafkannya. Walau upaya meminta maaf padanya sangat susah sekarang sudah 3 bulan mereka menjalani persahabatan itu. Silvi akhirnya berpacaran dengan rizal setelah acara prom night sekolah. Silvi merasa sangat senang dan memenuhi inbox andi dengan curhatannya tentang rizal. Andi hanya bias menghela nafas dan mengiyakan apa yang di ungkapkan silvi. Di kamarnya ia berfikir

“huh..aku telat deh. Silvi jadian kan akhirnya sama rizal. Ya tuhann..sampai kapan aku harus jadi secret adminernya silvi. Kenapa dia gak bisa liat orang tulus ini disampingnya.” Keluh andi

Andi hanya bias pasrah untuk menunngu silvi. Ia tahu kalau silvi jodohnya silvi akan dating padanya. Ia hanya ingin silvi bahagia pada pilihannya. Ia pun berjanji akan melakukan apapun demi menjaga perasaan silvi. Jika silvi senang ia akan berusaha senang walau terkadang menyakitkan.

Suatu siang yang sangat terang andi berjalan-jalan ke mall. Ia sedang mencari hadiah untuk ulang tahun silvi besok. Ia pun menemukan sebuah boneka beruang kecil memegang tulisan. Kata mbak tokonya tulisannya bias diganti. Andi pun memesan tulisan “happy birthday silvi.” setelah menunggu 1 jam boneka pesanan andi jadi dan dibungkus rapih. Ia pun berjalan keluar dan mampir ke sebuah restoran untuk makan.

Tapi baru saja ia memasuki pintu masuk, tangannya segera membuat kepalan yang sangat erat. Amarahnya benar-benar muncul. Ia melihat rizal dan seorang wanita yang sangat cantik. Ternyata dia Amira! Ketua ekskul theater di JMI. Ia segera menelepon silvi untuk dating ke restoran itu. Ternyata posisi silvi juga sedang di mall itu. Awalnya silvi heran kenapa andi dengan nada terburu-buru menyuruhnya dating cepat.

“emangnya ada apa sih di? Santai aja aku lagi jalan kesana kok”
“jangan jalan silvi!lari!pacar kamu selingkuhh!!”bentak andi. Andi keceplosan karena sangking kesalnya
“apaan sih di! Bercandanya gak lucu tau!”
“gak percaya? Cepet sini!”

Andi sudah terlalu kesal dan menutup telfonnya. Silvi pun sampai dan andi menunjukan apa yang tadi ia katakan. silvi benar-benar tak menduga ia teringat kembali akan memorinya dengan dhika dahulu. Saat ia memergoki viola dan dhika berpacaran. Air matanya pun tak sengaja menetes. Ia tak tahu harus bagai mana. Ia pun akhirnya berjalan mendekat dan mengambil air di meja makan rizal lalu menyiramnya ke tubuh rizal.

“ahh.. silvi kamu..kamu ngapain disini?”
“liat kamu selingkuh lah! Ngapain lagi? Mulai sekarang kita PUTUS!”
“silvi tunggu ! aku minta ma..”

rizal ingin menahan silvi dan meminta maaf tapi silvi sudah keburu menjauh dengan andi. Andi berusaha menenangkan silvi yang menangis. Tapi silvi tak berhenti menangis. Akhirnya andi mengungkapkan perasaannya.

“silvi, tenang yah. Masih ada kok cowok yang tulus dan gak akan nyakitin kamu.”
“siapa andi? Siapa!”
“ehh.orangnya ituu.. a..a..aku sil. Aku udah suka sama kamu sejak pertama kali kita ketemu. Kamu mau gak jadi pacar aku?”
“ehh? Andi? A..ku bu..tuh waktu..emm 3 hari”

Andi hanya menganguk dan berbisik “jangan lama-lama yah takutnya waktunya bentar lagi”. Silvi heran mengapa ucapan andi seperti orang yang terkena penyakit parah. Silvi ingin bertanya tapi ia tak berani jadi silvi hanya mengangguk. Andi pun mengantar silvi pulang ke rumahnya.

Hari demi hari berjalan seperti biasa antara silvi dan andi. Tapi mereka seaakan lebih tertutup dan sungkan untuk bicara berdua. Setiap belajar bersama pasti silvi dan andi mengajak temannya yang lain.

Hari ke 3 pun tiba. Silvi sudah yakin untuk menerima andi. Karena selama ini andi memang selalu disampingnya. Tapi aneh. Ia tak melihat andi di sekolah. Akhirnya saat istirahat ia mencoba mencari informasi tapi tak ada yang tau. Guru dan tetangga dekatnya saja tak tahu. Silvi ingin ke rumah andi. Hanya saying silvi tak pernah diajak ke rumah andi ia menelepon andi tapi handphonenya tak aktif. Silvi putuskan untuk menunggu besok.

Hari demi hari ia tunggu andi tapi tak kunjung dating. Handphonenya pun tak aktif. Silvi bingung apa yang terjadi. dua bulan andi tak muncul. Silvi tak bias membiarkan ini terjadi. Akhirnya silvi memutuskan menghadap kepala sekolah untuk menanyakan andi. Bu hyena. Kepala sekolah JMI itu terlihat bingung menjawab pertanyaan silvi ia selalu menjawab kamu gak berhak tau. Bahkan ditanya alamat saja bu hyena bilang “maaf alamat murid dirahasiakan”. Amarah silvi pun menjadi. Ia kesal pada bu hyena yang sama sekali tak mau membantunya.

“BU! Saya berhak tau! saya pacarnya! menunggu 2 bulan tanpa kabar? Apa ini?”

“ehh.mmm baiklah. Sebenarnya andi menyuruh saya merahasiakan ini. Rumahnya di Jln cempaka putih no. 53”

“terima kasih bu”

Silvi keluar dengan perasaan senang bias ke rumah andi walau ia heran mengapa andi merahasiakan alamat rumahnya sendiri. Tapi ia tak mau negative thinking. Ia pun segera menuju rumah andi. Tapi sangat disayangkan  andi tak ada. Menurut pembantunya andi sedang dirawat di rumah sakit putra cempaka. Silvi takut andi kenapa-napa. Akhirnya dia langsung menuju rumah sakit.

Di rumah sakit ia langsung bertanya kepada receptionis dimana kamar andi.
“mbak, kamar Riandi Alvin dimana yah?”

“eh?maaf Riandi Alvin?bukannya dia sudah?”

“pulang?”

“eh?gak dia belum pulang. Mbak belok kiri aja dari sini nanti di paling ujung ada pintu gede. Itu kamarnya”

Silvi langsung dengan senang hati berlari menuju kamar andi. Tapi betapa ia tak menyangka. Yang dihadapannya itu bukan kamar pasien. Melainkan kamar mayat! Kaki silvi lemas. Ia tak menyangka bahwa andi sudah meninggal air matanya menetes deras. Dengan keras ia buka kamar mayat itu.

“ANDI!! Kaa..ka..mu..kenapa ninggalin aku secapat ini??!! Hiks..hiks..”

Silvi hanya bisa tertunduk sembari menangis di samping kasur mayat bertuliskan Riandi Alvin. Pelan-pelan ia buka selimut dan ternyata itu benar andi. ia tak dapat melihat lebih lama lagi. ia tutup selimut itu dan ia pun menangis sejadi-jadinya disamping jasad andi. tak lama pintu kamar mayat terbuka. silvi menengok pelan. ternyata sepasang suami istri. mereka berjalan ke arah silvi.

"nak silvi? kami orang tuanya andi. anda nak silvi kan?"
"ehh..ii...iiya bu. bu.."
"udah kamu gak usah ngomong apa-apa.ini dus pemberian andi untuk kamu. semua yang kamu butuhin kata andi ada disini" jawab ayah andi "sekarang silahkan keluar tinggalkan andi"lanjutnya

tak disangka orang tua andi sedikit tak ramah padanya. silvi pun menurut dan pergi. terdengar suara ibu andi menangis melihat anaknya. silvi masih lemas. ia masih tak bisa menyangka andi telah pergi. perlahan ia duduk dan membuka dus pemberian andi. terdapat sebuah surat dan lonceng. silvi pun membaca perlahan surat itu

dear silvi,

maaf yah di hari ke 3 aku malah gak dateng. tapi aku tau kamu udah mau jadi pacar aku. buktinya leon sms aku kalau kamu nyariin aku sampe bingung. aku sadar kok kalau waktu aku udah sedikit dan aku salah bilang suka ke kamu. maaf aku hanya bisa nambah penderitaan kamu yang pergi ninggalin kamu tanpa kabar sebelumnya. aku yakin gak akan bertahan dengan penyakit kanker darah ini. hmmm ninggalin kamu tanpa kabar mungkin akan ngehilangin sedikit sedih kamu. oh ya. ada lonceng kan disitu? gantungin di jendela rumah kamu yah. kalau gak ada angin lonceng itu bunyi. artinya aku nengokin kamu. semoga aku diizinin nengok kamu yah kalau udah masuk akhirat. maaf belum sempet ngasih kebahagiaan buat kamu
NB : kamu harus move on dan tetep lanjutin hidup kamu yah

salam
andi

silvi menangis sejadi-jadinya. ternyata orang yang paling ia sayang meninggal. ia segera pulang dan menggantungkan lonceng itu di kamar. tiba-tiba lonceng itu berbunyi. betapa senangnya hati silvi. ia pun duduk di atas kasur sambil memperhatikan lonceng itu.

"hai ndi. makasih yah udah nengokin aku. makasih juga kamu udah pernah bikin hidup aku lebih berarti."

lonceng pun berbunyi lagi. silvi pun tersenyum dan merebahkan dirinya di kasur. ia pun terlelap oleh suara lonceng yang seperti melantunkan lagu tidur. di dalam tidur ia bermimpi bertemu andi.

"sil, dateng yah ke tahlilan kematian aku. disana kamu akan bertemu adik aku. aku harap kamu suka dia"
"eh..iya..kamu mau jodohin aku?"
"kalau kamu suka dia kenapa gak? dia kembar sama aku"
"oh yah? eh andi mau kemana? hey!"

andi pun pergi dengan senyumannya yang manis. silvi terbangun dan segera bersiap ke tahlilan andi. saat sampai disana ternyata banyak sekali orang disana. ia masuki ruangan tamu rumah andi. ia tak tahu harus kemana. ia pun berkeliling dan tanpa sengaja menabrak seseorang

"ouh..heh? andi? sayang? kamu?"tanya silvi kaget
"ehh maaf aku bukan andi aku vandi saudara kembarnya. kamu silvi yah? dapet amanat dari andi juga?"
"iya aku disuruh jadian sama kamu""hmm.. kalau gitu kita jalanin dulu yah."

silvi hanya mengangguk. betapa kagetnya juga dia saat melihat orang tua andi berbeda jauh dengan yang ia lihat di rumah sakit tadi. silvi pun bingung apa yang terjadi dengan orang tua andi? apa mereka, orang yang di RS tadi bukan orang tua andi? apa mereka sebenarnya utusan dari andi? sampai sekarang misteri itu tak pernah terungkap. silvi dan vandi akhirnya berpacaran dan semakin lama cinta mulai tumbuh. sekarang sudah 3 tahun kematian andi. dan lonceng dari andi masih tetap berbunyi.

tamat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar