WELCOME TO THIS BLOG!

enjoy reading in this blog - Rainbow Color Your Life, Rainbow make you understand if live is full of expression and not forever

Sabtu, 27 Oktober 2012

Love Inside Hate

Angin berkibas kencang hari ini. Mengirimkan udara dingin pada semua benda yang dilewatinya. Melly memilih untuk membaca buku di taman sekolahnya saat jam istirahat. Taman itu kosong dan sepi karena tak ada yang tahan dengan dinginnya taman hari itu. Walau bagi yang lain angin itu dinginnya menembus rusuk, tapi Melly seperti tak merasakan apapun. Semua tubuhnya mati rasa. Hanya rasa sakit dan kehilangan yang ia bisa rasakan. Semua hal yang terjadi kemarin masih membayangi matanya setiap saat.
Ia sedang berjalan di tengah lorong. Ia benar-benar senang hari itu karena ia mendapat nilai 100 di ulangan geologi yang sebelumnya tak pernah bisa ia taklukan. Tiba- tiba bu jannet, wali kelasnya menghampirinya dengan tergesa-gesa. Sambil menenteng handphone blackberrynya. Ia mengeluarkan air mata.

            “bu, kenapa kok nangis gitu?” Tanya melly heran

            Bu jannet hanya diam terpaku lalu menyerahkan handphonenya pada melly. Dari layar terlihat tulisan “pak wijaya ayah melly”. Melly berfikir sejenak kenapa ayahnya tidak menelpon langsung padanya. Ia tengok handphonennya sebentar dan ternyata low battery. Ia pun segera mendekatkan handphone itu ke telinga dengan senang kerena mau memberitahu nilai 100nya tanpa mempedulikan bu jannet yang masih menangis tersedu-sedu.

            “hallo ayah. Ini melly.”

            “melly, mama jadi melahirkan hari ini.”

            “bagus dong yah kalau gitu”

            “tapi dia harus di operasi sesar”

            “ohh ya udah gapapa udah operasinya?”

            “sudah. Tapi, melly, mama ternyata menderita hemophilia. Atau lebih dikenal dengan darah sukar membeku. Yang membuat kehilangan banyak darah saat operasi sesar. Dan mama. Gak bisa selamat.” Jelas ayahnya sambil diselangi tangis.

            Tangis melly tak bisa terbendung lagi. Ia tak bisa memegang apapun sampai handphone bu jannet hamper jatuh. Untung bu jannet sempat menangkapnya.  Disana ia menangis sejadi-jadinya dipelukan bu jannet. Bu jannet langsung mengantarnya ke rumah sakit. Di samping jenazah ibunya ia hanya bisa menangis melihat wajah ibunya yang menggambarkan perjuangan. Ayahnya mengajaknya melihat adiknya yang baru lahir. Ia diberi nama meilita sesuai nama mamanya. Tapi melly menolak dan langsung pergi.

        ---
                Hari ini ia harusnya menghadiri pemakaman mamanya. Tapi, ia menolak dan memilih untuk menyendiri. Sekarang ia marah “kenapa harus adikku yang selamat.”gumamnya dalam hati. Ia benar-benar memendam benci tersendiri pada adiknya yang tidak  bersalah itu. Ia benci semua hal tentang adiknya. Menurutnya adiknya hanya pembawa sial yang membawa maut pada mamanya. Amarahnya pun menyebar kepada ke3 sahabatnya. Airin, Luci, dan Claudi. Tau apa yang terjadi pada Melly. Mereka membiarkan Melly sendiri.

"kamu ga kedinginan apa? duduk disini sendiri.ga pake jaket lagi." sapa seorang laki-laki yang tiba-tiba duduk di sebelahnya. sontak melly langsung melihat ke samping. ternyata itu adri. siswa kelas 8B yang keturunan indo-amerika. cowo yang udah ia suka dari kelas 7. karena salting melly segera merapikan pakaiannya dan mulai mengatur nada bicaranya.

"eh..adri.ekhmm lagi apa disini?"

"ga jawab pertanyaan aku?"

"eh aku..." bel masuk pun berbunyi. membuyarkan lamunan melly yang sedang menyusun kalimat yang tepat. ia pun berpamitan terlebih dahulu pada adri untuk masuk kelas. adri hanya mengangguk dan memberi senyum termanisnya. "senyum itu" pikirnya. senyum yang sudah lama tak ia lihat. senyum yang membuat hatinya berbunga-bunga ia balas tersenyum lalu ia segeras berlari sambil tersenyum-senyum dan menutup mata.

"bruuk.."

"melly! kamu ngejatuhin buku ibu nih..hati-hati dong" teriak bu rina sang kepala sekolah

"ehh ibu.. maah bu. sini saya bantuin" jawab melly malu sambil merapikan buku bu rina dan langsung berpamitan ke kelas. ia pun duduk di sebelah claudi. claudi heran melihat melly "anak ini kok aneh banget ya? tadi sedih sedih sekarang senyum-seyum sendiri..dia punya alat pengubah mood 30 menit apa ya?" pikirnya

"heh mel. lo kenapa?" tanya airin yang juga heran.

"ehh gapapa..tadi adri duduk di sebelah gue lohh.. ahh "

"ekhh cieeeee" jawab claudi, lucy dan airin bersamaan.

    Percakapan mereka pun berhenti karena pak anjas guru matematika telah masuk. karena hal di taman tadi melly benar-benar tak bisa konsen belajar sampai pulang sekolah.

            Melly berjalan lemas ke kamarnya. Tak ada nafsu makan sama sekali walau bi nam memasak makanan favoritnya. Ia menaiki tangga perlahan menuju ke kamarnya di lantai 2. “Aneh.”pikirnya. Tak biasanya kamar di sebelah kamarnya berisik. Di intipnya kamar yang tertutup itu dari lubang kunci. “uhh.. gak keliatan” keluhnya. Ia pun memutuskan membuka sedikit pintu kamar itu. Ternyata, ayahnya sedang menyiapkan kamar untuk meilita. Karena kesal ia langsung berbalik dan menuju kamar.

            “kenapa sih ayah sayang banget sama bayi yang udah bawa mama pergi itu.” Gumamnya kesal.

    supaya tidak kesal ia pun membuka buku diarynya dan menulis kejadian tadi. setelah selesai ia buka halaman terakhir buku diarynya. "secret action from secret admirer" tulisan yang terpampang di atas halaman itu dengan tulisan warna-warni.

   "hmmm..coklat valentine, bunga di meja, surat cinta di locker, seribu bunga origami, paket bunga mawar, music box, kalung bertuliskan I love you >A. itu semua dari siapa yah?? apa mungkin dari adri? kalau iya..ahhhhh"

            Ia pun tak mau memikirkannya lagi dan langsung mengerjakan tugas sekolahnya. Tiba- tiba handphonenya berbunyi. Terpampang nama yang familiar sekali di layar handphonenya itu “Adri 8B :*”. Senyumnya pun langsung muncul membaca nama itu.‘Tumben’ pikirnya. Padahal biasanya sms pun tak pernah ia jumpai. Buru-buru ia angkat telepon dari adri.

            “hallo, adri.” Melly berbicara dengan nada riang.

            “hmm.. hi mel, aku..eh..mm ga ganggu kan?”

            “ya enggalah. I always have time for you. What’s wrong?” Jawab melly.

            “Great! Aku mau ngomong sesuatu. Bisa ketemuan?” Tanya Ardi hati-hati

            “Sure. Kafe anyer jam 06.00 gimana?”

            “okay. See ya.” Jawab Ardi Menyetujui

            “See ya”

            Melly langsung bergegas masuk kamar mandi dan segara bersiap-siap. “semoga hal yang mau dibilang ardi hal baik” harapnya. Walau nanti malam ada yasinan mamanya dia tidak peduli. Lebih baik dia pergi dari pada harus menangis karena kehilangan mamanya.

            Pukul setengah enam Melly sudah sampai di kafe anyer dan memesan orange juice favoritenya. Setengah jam ia menghayal tentang apa yang akan dikatakan adri. Lamunannya pun buyar ketika adri duduk di depannya. Jantung melly berdegup sepuluh kali lebih kencang. Nafasnya menjadi sesak. Perasaannya jadi kacau dan tak menentu. Ia benar-benar salah tingkah kali ini. Ia hanya bisa membalas sapaan adri dengan senyuman karena tak tahu harus berkata apa.

            “udah lama Mel?” Tanya adri dengan senyum termanisnya.

            “ga kok. Oh ya. Btw ada apa?” Tanya melly tanpa basa-basi

            “hmm dari dulu selalu to the point. Pesen makan dulu yah.” Gurau adri.

            “haha iya. Boleh” jawab meli dengan senyum yang termanis.

            ‘apa? Adri tau kebiasaan aku? Kita kan jarang ngobrol. Kok dia bisa tau yah? Jangan jangan..’ pikirnya dalam hati. Namun lamunannya buyar karena adri memanggilnya.

            “hoy! Jangan ngelamun ntar kesambet. Mau pesen apa? Mbak aku steak yah.” Canda adri

            Melly hanya tersenyum dan akhirnya memesan makanan yang sama dengan adri. Adri juga memesan minuman yang sama dengan Melly. Beberapa lama mereka berbincang-bincang dan tertawa-tawa. Melly pikir ia harus menikmati tiap detik saat bersama adri. Ini akan jadi kenangan indah baginya. Setelah selesai makan, adri pun membuka pembicaraan.

            “Hmm okay Mel, this the time. I know the time is not good. But really I cant keep this feel anymore. I just want you know that. Hmm I love you  Melly.aku udah lama jadi secret admirer kamu. Would you like to be my girlfriend?” ucap adri sambil memegang tangan Melly dan menatap dalam mata Melly dengan penuh harap.

   "aku ga salah denger dri? jadi music box, bunga,surat,origami,kalung dan lain-lainnya itu dari kamu"

    "yups..just for you."

            “aku ga salah denger kan dri? Are you serious? Are you will promise for me that you never hurt me?”

            “yes I will never hurt you. And I will give you my soul, my heart, and everything to make you happy.”

            Tanpa pikir panjang dan dengan air mata kebahagiaan yang mengalir di wajahnya melly langsung menganguk dan mereka pun berpelukan. Rasanya tak ingin hari itu berakhir. Di pelukan Adri, Melly seakan lupa akan semua kesedihannya. Melly merasa hangat, nyaman. Perasaan sakitnya kini sudah hilang dan tergantikan oleh Kesenangannya malam itu.
Lagu Fly Me To The Moon berbunyi. Melly sudah tahu kalau itu pasti suara handphonenya. "uhh siapa sih??ganggu aja deh."gerutunya sambil merogoh tas tangannya. 'ayah' tulisan yang ada di layar handphonenya saat ini. ia lirik jam "masih jam 9 udah nelpon aja". ia pun mengangkat handphonenya dan mendekatkannya ke telinga.

"hallo yah?" sapa melly dengan nada malas.

"MELLY KAMU KEMANA? HARI INI YASINAN MAMA KAMU. DAN KAMU BIARKAN ACARA SELESAI TANPA KAMU? PULANG SEKARANG!" bentak ayah melly.

"huh iya yah melly pulang." tanpa menunggu ayahnya berkata lagi melly menutup handphonenya.

dengan sedih melly berpamitan pada adri. walau adri ingin mengantarnya pulang tapi melly menolak. ia tidak ingin memberi masalah pada adri. ia pun memanggil taksi dan mengingat kembali kejadian di kafe anyer tadi. sungguh mengejutkan baginya. sepertinya malaikat cinta benar-benar berpihak padanya hari ini. setelah membayar ongkos taksi melly masuk rumah tanpa takut akan ayahnya yang pasti sudah menyiapkan 1001 kalimat untuk memarahinya.

"melly pulang!" teriak melly santai

"melly! kemana saja kamu!kamu ga ingin mendoakan mama?" bentak ayahnya

"untuk apa? mama katanya bakal ada disamping aku terus tapi mana?bayi itu udah bikin mama ingkar janji. aku benci mereka!"

"ini takdir allah" jelas ayahnya lebih sabar. berharap melly bisa lebih mengerti

"ini bukan takdir yah! bayi sialan itu yang telah membawa mama pergi!" bentak melly

"melly! jaga mulut kamu!"

tanpa menghiraukan ayahnya melly langsung naik ke kamarnya dan menutup pintu keras-keras.semua kenangan indah bersama adri tadi kini berubah menjadi mimpi buruk baginya. saat itu juga ia membereskan semua foto mama dan keluarganya dan ia masukan pada kotak lalu ia letakan kotak itu dibawah kolong. huh ingin melly menangis. 'kenapa sih anak sialan itu beruntung banget. dibela semua orang!.' pikir melly. ia pun menghela nafas dan mencoba memikirkan hal lain. ia ingat kembali kejadian saat adri menyatakan cinta padanya. ia pun akhirnya telelap dengan berbagai kenangan indah.

"oaaaa...oaaaa..oaaaa"

melly terbangun. kepalanya masih pusing ia lihat jam beker di meja pinggir kasurnya. "apa? masih jam 3 pagi?? dasar bayi sialan. gatau orang ngantuk apa?" gerutu melly. tak lama terdengar ayah melly memanggil. diirinhi dengan suara bayi yang mereda.

"melii.." teriak ayahnya

dengan malas melly mengangkat tubuhnya dari kasur dan menguncir rambutnya. ia pun berjalan pelan ke ruang sebelah sementara ayahnya masih terus memanggil.

"apa yah?"

"kalau meilita nangis kamu tenangin dong" jelas ayahnya dengan suara pelan.

""buat apa!!"

"jangan berisik nanti meilita bangun"

sambil menghela nafas ia pun menutup pintu dengan keras tanpa mempedulikan meilita yang kembali menangis. ia menaikin kasur dan bersiap untuk tidur kembali tapi suara tangis meilita benar-benar menggangu. ditambah suara ayahnya yang bernyanyi dengan suara fals. ia pun memasang ipodnya dan terlelap.

1 tahun...2 tahun...3 tahun.. hari berjalan seperti biasa. melly selalu mengacuhkan meilita. dia lebih banyak menghabiskan waktu dengan adri. terkadang adri membujuknya bersikap baik pada meilita. tapi ia akan marah selama 3 hari setelahnya. adri sebenarnya kasihan pada meilita. gadis cantik kecil itu masih butuh seorang kaka saat tak ada ibu. ia pun terkadang meluangkan waktu bermain untuk meilita. melly tak pernah mnyukai itu. ia akan langsung mengajak ardi pergi jika hal itu terjadi.

---

"kak meyi kak meyi mayin uk" ayak meilita

melly hanya mengacuhkannya dan pergi. meilita sering kali menangis supaya kakaknya ingin bermain dengannya. tapi tak pernah berhasil. bahkan sampai meilita berumur 6 tahun pun melly selalu mengacuhkannya.
hari ini ulang tahun meilita yang ke-7 ia sudah sangat bersemangat. teman-teman sebayanya sudah datang mengunjunginya. tapi hanya satu sosok yang ia harapkan menghadiri pestanya hari itu. kakaknya. ia tahu kalau adri sudah berjanji padanya membawa melly ke acara berharganya itu. tapi meilita tak yakin adri akan berhasil. sebelum acara tiup lilin ia pun memutuskan pergi ke kamar kakaknya. ia sangaat ingin meniup lilin bersama kakaknya.

ia naiki tangga menuju kamar kakaknya. lalu, ia buka pintu kamar kakaknya perlahan. ia lihat kakaknya bertengkar dengan adri. untuk kesekian kalinya adri memohon untuk kesekian kalinya juga melly memilih belajar. meilita awalnya takut masuk. tapi rasa ingin meniup lilin dengan kakaknya lebih kuat dari ketakutannya. perlahan ia buka pintu lebih lebar dan berjalan mendekati kakaknya.

"kakak" sapa meilita takut "turun yuk meilita pengen tiup lilin bareng kak melly."

"heh! anak sial! gue bukan kakak loe!" jawab melly marah marah.

meilita terus memohon hingga menangis. melly sungguh tak tahan. walau ia sedikit kasihan, tapi rasa bencinya lebih besar. adri juga ikut memohon-mohon pada melly untuk menuruti kemauan adiknya. melly tetap diam tanpa menghiraukan salah satu dari mereka. sampai ucapan meilita benar-benar membuat melly naik darah.

"meilita minta maaf kalau udah bikin mama pergi kak, tapi ayah bilang itu bukan salah ita"

"what? bukan salah loe? cukup 7 tahun. gue udah gak tahan!"

melly beranjak dari meja belajarnya dan mengambil koper di sebelah lemarinya. lalu mengepaki baju-bajunya. merasa tahu apa yang melly pikirkan adri langsung menghalanginya.

"melly! what are you doing? run away from house? this cant solve the problem"

"dri, aku cape. boleh yah aku tinggal di rumah kamu. bukannya kamu bilang ortu kamu ga akan keberatan?"

"but.." adri berfikir sejenak. mungkin ia bisa membujuk melly menyayangi meilita. "huuh.. okay you can."

melly segera keluar rumah. ayahnya yang melihat kejadian itu ingin mengejar melly. adri menahannya dan bilang ia akan menyelesaikan semuanya. ayahnya memberi kepercayaan penuh pada adri dan dengan berat hati ayahnya pun mengangguk. meillita tetap terpaku sambil menangis disamping adri. adri pun merasa kasihan dan langsung berjongkok menghadap meilita.

"ita..kakak janji ntar pas kak melly pulang dia mau main sama kamu. yah?"

"kakak janji?"

dengan senyum yang lebar ia mengangguk lalu mengusap sedikit kepala meilita dan berpamitan pada ayah melly. ia langsung mengantar melly ke rumahnya dan menempatkannya di kamar tamu. setelah berbicara dengan ayah dan ibunya adri merasa lega karena mereka setuju melly tinggal dirumah mereka. mereka sudah jatuh hati pada melly. menurut mereka melly sangat baik menjadi pasangan adri. jadi pintu rumah mereka selalu terbuka untuk melly.

setiap hari adri mencoba membujuk melly. tapi hasilnya nihil. sampai 1 tahun melly tinggal dirumahnya. sebenarnya terkadang ia merasa kehilangan meilita. tak ada meilita seperti ada yang aneh. terkadang bila melihat mata meilita ia teringat pada mamanya. yah meilita memang memiliki mata mamanya. mata hitam besar yang indah dan bersinar.

akhirnya hatinya terdorong mengawasi meilita di sekolah. setiap hari, ia datang ke sekolah meilita demi melihat adiknya. adiknya ternyata pintar. ia selalu meraih peringkat satu. melly sangat bangga pada adiknya. sampai ia tidak pernah melihat meilita selama seminggu. ia berniat menemui guru meilita. dan ternyata disana ada adri.

"loh? adri?"

"kamu? ngapain disini mel?"

"akuu..kamu sendiri ngapain?"

"aku tau kamu sayang kan sama meilita. she is sick now mel."

"apa? sakit apa?"

"kanker otak" jawab adri sambil menahan tangis.

melly menangis sejadi-jadinya di pelukan adri. anak sekecil meilita terkena penyakit kanker. melly tak kuat lagi membayangkannya. dan adri bilang sudah stadium empat. setelah mendengar itu melly pun tak sadarkan diri.
adri berdiri mondar-mandir di sebelah kasur uks sd cemerlang. sudah 2 jam melly tak sadarkan diri. terkadang ia duduk untuk memegang tangan melly dan berharap dia sadar lalu kembali berdiri dan mondar-mandir seperti setrika. tak lama terdengar suara melly yang lemah ""itaaa...itaaa...itaaa" mendengar itu adri langsung duduk di sebelah melly dan mengelus lembut wajah melly. tak lama kesadaran mulai penuh yang ada dipikirannya sekarang hanya ingin melihat meilita.

"adri, anter aku ke rumah sakit meilita yah"

"i..i..ya.. kamu udah gapapa kan?"

"iya aku tadi cuman syok aja kok.."

mereka pun akhirnya pergi ke rumah sakit tempat meilita dirawat. keadaan meilita sangat lemah. kata ayahnya kankernya berkembang sangat cepat. hanya dalam hitungan jam. walau sudah melakukan cemo tetap saja hasilnya nihil. melly menangis sejadi-jadinya. adri hanya bisa menenagkannya saja. setiap hari melly menjenguk meilita. kadang bersama adri, kadang bersama claudi,Airin, dan Lucy. ketiga sahabat itu sedih melihat melly sedih. juga kasihan melihat meilita.

meilita benar-benar senang kakaknya bisa mendampinginya. kadang, kehadiran kakaknya membuat rasa sakitnya hilang. kehilangan kakaknya selama 8 tahun telah tergantikan. ia senang kakaknya selalu mengantar buah, bunga, dan kadang membelikannya boneka baru. ia merasa seperti orang paling beruntung di dunia.

---

matahari siang itu menyegat adri sudah siap mengantar melly dengan mobilnya

melly sudah siap untuk pergi ke rumah sakiit. ia pun menghampiri adri dan tiba-tiba suara airin terdengar memanggilnya.

"mellly...." teriak airin sambil berlari terengah-engah bersama claudi dan lucy.

"hei.. ada apa?"

"kita ikut yah ke rumah sakit.. kita kangen sama si unyu-unyu itaaa" pinta lucy

"ayo..pasti dia seneng ketemu kalian"

baru mereka akan memasuki mobil handphone melly berbunyi. ternyata papanya yang menelpon. perasaan takut mulai menghinggapi melly. ia takut ada sesuatu terjadi pada neilita. segera ia mengangkat telpon dari ayahnya itu

"ha..halo ayah"

"melly! cepat kesini!"

sebelum melly sempat berbicara ayahnya sudah menutup telpon. karena takut melly langsung mendesak berangkat. sepanjang jalan hanya rasa takut yang dirasakan melly. sesampainya di rumah sakit air mata melly sudah tak terbendung. ia segera berlari ke kamar meilita diikuti dengan adri dan sahabat melly.  ia buka pintu kamar meilita dengan cepat. disana terlihat meilita terbaring lemah memegang sebuah kertas bertuliskan "kata orang yang baju putih melly harus ikut dia". ayah sudah menangis melihat tulisan itu. meilita dengan lemah memegang tangan melly dan berkata sambil memasang senyumnya.

"makasih kak. aku sayang kakak"

meilita pun langsung menutup mata. terdengar bunyi dominan dari alat ECG yang terletak disebelah meilita. sontak semua yang ada di ruangan melihat ke arah alat itu. terlihat garis lurus tergambar di alat itu. melly langsung menangis dan berusaha memanggil dokter dengan bel emergency di sebelah kasur meilita. dokter masuk dan mulai menyiapkan alat pacu jantung. setelah mencoba beberapa kali. hasilnya nihil. meilita benar-benar pergi untuk selamanya. melly menangis sejadi-jadinya. ia hanya meminta maaf bahwa selama ini tidak bisa menjadi kakak yang baik.

-the end -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar